Peristiwa 14 tahun yang lalu merupakan salah satu sejarah
yang sangat penting bagi bangsa ini, dimana mayoritas masyarakat menginginkan
untuk dilakukannya REFORMASI terhadap sistem pemerintahan yang dianggap gagal
dan KKN.
Harga sebuah RFORMASI itu ternyata tidaklah murah, kerusuhan
dan penjarahan mewarnai Ibukota dan sekitarnya dan perekonomian pun lumpuh
total 14 th yang lalu dan kejadian tersebut berlangsung sampai beberapa hari ke
depan.
Hampir semua masyarakat negeri ini yakin dan percaya diri
bahwa REFORMASI akan membawa perubahan kearah yang lebih baik terutama untuk
kesejahteraan masyarakat, namun apa mau dikata ... ibarat sebuah buku, judul
dan sampulnya memang diubah namun isinya tidak jauh berbeda, karena hasil akhir
atau kesimpulannya tetaplah sama.
Karyawan masih harus berjuang dan turun ke jalan untuk
mendapatkan perhatian dari pemerintah dan demi memperjuangkan sesuatu yang
disebut dengan “Upah Minimum” ... inikah hasil REFORMASI 14 th yang lalu ???
Korupsi ... kalau dibuat list maka saya yakin isi dari list
ini akan terus bertambah dari hari ke hari, karena pemberantasan korupsi di
negeri ini ibarat “menggoreng telor”, suara telor yang digoreng terdengar
kemana-mana dan itu sudah cukup menyakinkan orang awam bahwa proses
penggorengan telor sudah dilalukan sesuai dengan aturan yang ada, padahal
kenyataannya minyak goreng sudah
dicampur dengan “CUKA” dan telorpun digoreng ½ matang.
Telornya memang berhasil digoreng, namun sang telor tidak
merasakan panasnya minyak goreng, sehingga koruptor yang diibaratkan sebagai
telor lainnya pun tidak merasa takut apalagi jerah karena masuk penjarapun
kelasnya VVIP, urusan keluar masuk rutan dapat diselesaikan dengan birokrasi,
itupun hanya selama 2 atau 4 semester saja ... masih lamaan mahasiswa yang duduk
dibangku kuliah.
Biaya pendidikan dan sekolah ... dibeberapa daerah memang
sudah dapat merasakan keringanan beban untuk mengenyam pendidikan, namun di
daerah tertentu masih harus membayar mahal ... karena sekolahan tersebut
berlabel “FAVORITE” atau “Bertaraf Internasional” bagi anak yang orang tuanya
berpenghasilan dengan “Upah Minimum” atau tidak mampu cukuplah mengenyam pendidikan
disekolah negeri biasa atau bahkan dikolong jembatan, itupun masih tetap harus ”BAYAR”
walaupun tidak begitu mahal.
So ... orang bijak mengatakan bahwa harapan dan asa itu
harus tetap ada, namun pertanyannya ada berapa banyak stock harapan dan asa itu
sendiri karena disaat orang bijak berkata demikian Dia tidak menghitung
terlebih dahulu jumlah stock harapan dan asa yang masih ada, semoga semangat reformasi
itu masih ada walaupun dibeberapa orang saja ... atau reformasi itu sudah
hilang semuanya dan tingal kenangan untuk diceritakan kepada anak cucu kita
nanti ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar