Bismillah

Senin, 21 Mei 2012

Reformasi itu kini tinggal kenangan ...

Peristiwa 14 tahun yang lalu merupakan salah satu sejarah yang sangat penting bagi bangsa ini, dimana mayoritas masyarakat menginginkan untuk dilakukannya REFORMASI terhadap sistem pemerintahan yang dianggap gagal dan KKN.
Harga sebuah RFORMASI itu ternyata tidaklah murah, kerusuhan dan penjarahan mewarnai Ibukota dan sekitarnya dan perekonomian pun lumpuh total 14 th yang lalu dan kejadian tersebut berlangsung sampai beberapa hari ke depan.
Hampir semua masyarakat negeri ini yakin dan percaya diri bahwa REFORMASI akan membawa perubahan kearah yang lebih baik terutama untuk kesejahteraan masyarakat, namun apa mau dikata ... ibarat sebuah buku, judul dan sampulnya memang diubah namun isinya tidak jauh berbeda, karena hasil akhir atau kesimpulannya tetaplah sama. 
Karyawan masih harus berjuang dan turun ke jalan untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah dan demi memperjuangkan sesuatu yang disebut dengan “Upah Minimum” ... inikah hasil REFORMASI 14 th yang lalu ???
Korupsi ... kalau dibuat list maka saya yakin isi dari list ini akan terus bertambah dari hari ke hari, karena pemberantasan korupsi di negeri ini ibarat “menggoreng telor”, suara telor yang digoreng terdengar kemana-mana dan itu sudah cukup menyakinkan orang awam bahwa proses penggorengan telor sudah dilalukan sesuai dengan aturan yang ada, padahal kenyataannya  minyak goreng sudah dicampur dengan “CUKA” dan telorpun digoreng ½ matang.
Telornya memang berhasil digoreng, namun sang telor tidak merasakan panasnya minyak goreng, sehingga koruptor yang diibaratkan sebagai telor lainnya pun tidak merasa takut apalagi jerah karena masuk penjarapun kelasnya VVIP, urusan keluar masuk rutan dapat diselesaikan dengan birokrasi, itupun hanya selama 2 atau 4 semester saja ... masih lamaan mahasiswa yang duduk dibangku kuliah.
Biaya pendidikan dan sekolah ... dibeberapa daerah memang sudah dapat merasakan keringanan beban untuk mengenyam pendidikan, namun di daerah tertentu masih harus membayar mahal ... karena sekolahan tersebut berlabel “FAVORITE” atau “Bertaraf Internasional” bagi anak yang orang tuanya berpenghasilan dengan “Upah Minimum” atau tidak mampu cukuplah mengenyam pendidikan disekolah negeri biasa atau bahkan dikolong jembatan, itupun masih tetap harus ”BAYAR” walaupun tidak begitu mahal.
So ... orang bijak mengatakan bahwa harapan dan asa itu harus tetap ada, namun pertanyannya ada berapa banyak stock harapan dan asa itu sendiri karena disaat orang bijak berkata demikian Dia tidak menghitung terlebih dahulu jumlah stock harapan dan asa yang masih ada, semoga semangat reformasi itu masih ada walaupun dibeberapa orang saja ... atau reformasi itu sudah hilang semuanya dan tingal kenangan untuk diceritakan kepada anak cucu kita nanti ...      
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you ...